Sabtu, 16 Juli 2011

DIARE (Gastroenteritis Akut)

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTRITIS AKUT

1.KONSEP TEORI
1.1  Definisi
Gastroenteritis  (diare) adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak, dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat disertai frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000:501).
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali sehari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hr) dan konsistensi feces cair (Smeltzer, 2001:1093).
 

1.2  Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi yaitu:
1)   Faktor infeksi
a)    Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Astrovirus), Protozoa (E.hystolytica, G.lamblia, T.hominis) dan jamur (C.albicans).
b)   Infeksi parenteral: infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis. Diare disebabkan karena kuman penyebab infeksi masuk ke dalam sistem pencernaan secara hematogen.
2)   Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3)   Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4)   Faktor psikologis: rasa takut, cemas.

1.3    Klasifikasi (Kapita Selekta Kedokteran, 2000: 501).

1)   Diare Akut.

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
2)   Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu (pada orang dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu.
Klasifikasi diare menurut derajat dehidrasi adalah sebagai berikut:

Ringan
Sedang
Berat
BB
( % kehilangan )
4-5
6-8
9-10
Keadaan Umum
Haus, sadar
Haus, gelisah, letargi
Mengantuk, dingin, berkeringat
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Turgor jaringan
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Membran mukosa
Basah
Kering
Sangat kering
Tekanan darah
Normal
Normal / rendah
< 90mmHg, mungkin tidak dapat diukur
BAK
Normal
Menurun / keruh
Oliguria
Nadi
Normal
Cepat
Cepat, lemah, mungkin tidak teraba
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Fontanela anterior
Normal
Cekung
Sangat cekung
Defisit cairan ( ml/ kg )
40-50
60-90
>100

-       Dehidrasi ringan : turgor kulit menurun, takhikardi, haus  Defisit cairan 5 % dari berat badan.
-       Derajat sedang   : turgor kulit jelas turun,hipotensi,takikardi,nadi lemah,sangat haus defisit
10 % berat badan. 
-       Derajat berat  : turgor kulit sangat menurun, hipotensi, stupor sampai koma, mata cowong,nadi lemah atau hilang tak teraba,sianosis ujung ektermitas, renjatan/shock defisit cairan > 10 %.

1.4    Tanda dan gejala (Mansjoer, 2000:501).
Pasien dengan diare sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare. Diare dibagi menjadi 2 golongan, pertama koleriform adalah diare yang terdiri dari cairan saja, kedua disentriform adalah diare yang didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Diare dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh, pasien akan merasa haus, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan meningkat dan dalam (Kusmaul). Bila terjadi rejatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat >120 x/mnt, TD menurun, pasien gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, dan apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan nekrosis tubular akut.

1.5    Diagnostic test (Mansjoer, 2000:501).
1)   Anamnese
Diare >3 x/hr, feses cair, ada lendir, ada darah, perut mules, demam, badan terasa lemas, nafsu makan berkurang.
2)   Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan diare biasanya didapatkan ku lemah, nyeri perut atau sampai kram abdomen, feses cair, terkadang ada lendir dan darah, nadi cepat, suhu tubuh meningkat, mual, muntah, akral hangat, mukosa kering. Bila terjadi syok hipovolemik maka pasien akan gelisah, nadi cepat >120 x/mnt, TD menurun, muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis, anuria.
3)   Pemeriksaan penunjang
a)    Pemeriksaan tinja
-       Makroskopis: memeriksa bakteri atau kuman penyebab diare tanpa pewarnaan
-       Mikroskopis: memeriksa kuman penyebab diare dengan pewarnaan dan dengan menggunakan mikroskop mikro.
Contoh: diare yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa.
b)   Berat jenis plasma untuk menentukkan deficit cairan akibat diare.
c)    Pemeriksaan kadar elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
d)   Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah (Analisa Gas Darah) mendeteksi adanya asidosis metabolik.
e)    Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

1.6    Penatalaksanaan (Mansjoer, 2000:501).
1)   Rehidrasi
·      Oral: bisa dengan pemberian oralit, minum banyak ± 25-40 ml/kgBB/hr
·      Parenteral:
a)    Jenis cairan
Diberikan cairan Ringer Laktat, bila RL tidak tersedia diberikan cairan NaCl isotonik (0,9%) ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml.
b)   Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Defisit cairan tubuh dapat dihitung dengan rumus:

BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
           0,001

Metode Pierce yang berdasarkan keadaan klinis:
Derajat dehidrasi:
-          Ringan = kekurangan (5%)  kebutuhan cairan x kg BB
-          Sedang = kekurangan (8%)  kebutuhan cairan x kg BB
-          Berat = kekurangan (10%)  kebutuhan cairan x kg BB
2)   Pemberian obat antibiotik jika bakteri penyebabnya sudah diketahui.
3)   Terapi simptomatik.









2.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1    Pengkajian
1)   Identitas
Usia: lebih sering dialami oleh anak dibawah 5 tahun, terutama yang berusia 6-11 bulan karena pada usia ini mulai diberikan makanan pendamping.
2)   Keluhan utama
BAB feses cair, terkadang ada lendir atau darah, frekuensi BAB meningkat, perut mules, demam.
3)   Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh perut mules, BAB cair >3 x/hr, mungkin ada lendir atau darah, badan lemas, mual, muntah, malas makan, demam, bila terjadi dehidrasi akan didapatkan pasien merasa haus, berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mukosa bibir kering, kulit kering.
4)   Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien melakukan kontak dengan orang lain yang sebelumnya atau sedang mengalami penyakit diare. Pasien mengkonsumsi makanan yang kurang matang, makanan pedas, keracunan makanan (tidak tahan terhadap makanan tertenu).
5)   Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk, pemukiman yang kumuh dan padat penduduk, kurangnya sumber air bersih, pengolahan makanan yang tidak higienis.
6)   Psikososial spiritual
Pasien mengalami kecemasan karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit, penyebab penyakit dan pengobatannya.
7)   Pemeriksaan fisik
a)    Keadaan umum: pasien tampak lemah.
b)   Sistem pernafasan
Pernafasan  lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik. Keadaan  ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan  mengalami gangguan biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
c)    Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
d)   Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena terjadi penumpukan natrium dalam serum.

e)    Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat (jika terjadi syok hipovolemik).
f)    Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah, bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram abdomen).
g)   Sistem integumen
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah perianal merah, lecet,
h)   Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas.

2.2    Diagnosa keperawatan
1)      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan ditandai dengan nadi meningkat, RR meningkat, terdapat retraksi ICS, penggunaan otot bantu pernafasan.
2)      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feses ditandai dengan mukosa kering, turgor kulit menurun, jumlah urine menurun.
3)      Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia.
4)      PK: Syok Hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit tubuh berlebihan akibat diare.
5)      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  penurunan nafsu makan akibat diare yang ditandai dengan BB menurun, lemas, pasien mengungkapkan kurang nafsu makan.
6)      Kerusakan integritas kulit  perianal berhubungan dengan  paparan feces yang asam, encer dan sering yang ditandai dengan ruam daerah perianal, kulit sekitar tampak kemerahan.
7)   Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum yang ditandai dengan lemah, dispneu, RR ↑

2.3    Intervensi keperawatan
1.    PK: Syok hipovolemik berhubungan dengan pengeluaran abnormal berlebihan (diare)
Tujuan : Pasien tidak mengalami syok hipovolemik setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:
-       Produksi  urine 1cc/kgBB/jam.
-       Nadi teraba kuat dan jelas, rate 60-100x/mnt
-       Tekanan darah 110/70 – 140/90 mmHG
-       Akral hangat
-       Perfusi baik, CRT < 2 detik
-       Kesadaran komposmentis
-       Na dalam batas normal (135-145).
Intervensi:
1)   Berikan pasien minum sesuai kebutuhan tubuh
R/ Membantu menggantikan kehilangan cairan akibat diare.
2)   Beri oksigen sesuai kebutuhan pasien
R/ Mempertahankan nafas dan sirkulasi pasien tetap adekuat.
3)   Tinggikan kaki pasien (posisi syok)
R/ Untuk memperbaiki sirkulasi serebral yang lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali ke jantung.
4)   Kolaborasi Berikan larutan RL atau PZ ( normal saline 0,9%)
R/ Cairan Ringer Laktat atau  PZ merupakan cairan kristaloid yang mempunyai komposisi menyerupai komponen cairan fisiologis tubuh.
5)   Observasi produksi urine/jam, BAB pasien, dan balans cairan.
R/ Pasien yang mengalami shock hipovolemi produksi urine < 1cc/kgBB/jam.
BAB cair akan meningkatkan pengeluaran cairan dan elektrolit yang mempengaruhi balans cairan.
Balance cairan merupakan indikator untuk menentukan defisit cairan tubuh dan jumlah rehidrasi yang dibutuhkan.
6)   Observasi nadi, tensi, suhu, pernafasan,perfusi jaringan, CRT, kesadaran pasien.
R/TTV, perfusi jaringan, CRT, kesadaran pasien merupakan indikator untuk mengetahui adanya syok hipovolemik.

2.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui feses ditandai dengan: dengan  mukosa bibir kering, mata cowong, turgor kulit tidak elastis, produksi urine menurun, nadi meningkat.
Tujuan: Pasien menunjukkan pemenuhan volume cairan secara adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:
-       Mukosa bibir lembab
-       Mata tidak cowong,
-       Turgor kulit baik (elastis),
-       Produksi urine 1 cc/kg BB/jam,
-       Nadi 60-100x/mnt
-       Akral hangat
Intervensi:
1)   Jelaskan tentang penyebab kekurangan cairan, dampak kekurangan cairan, dan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi kekurangan cairan.
 R/ Informasi/ penjelasan yang diberikan akan meningkatkan pnegetahuan pasien sehingga pasien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2)   Berikan larutan rehidrasi oral (LRO) yang adekuat sesuai kebutuhan tubuhuntuk rehidrasi dan penggantian kehilangan melalui feses
R/ Masukan oral yang adekuat berguna untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare.
3)   Motivasi untuk minum sedikit-sedikit tetapi sering.
R/ Masukan oral sedikit tetapi sering dapat membantu mengganti kehilangan cairan akibat diare.
4)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai dengan derajat  dehidrasi.
R/ Mengganti cairan yang hilang karena diare
5)   Kolaborasi dengan dokter dalam Pemberian obat anti diare, antibiotika, anti emetic sesuai tertentuan
R/ Anti diare mengurangi peristaltic usus, antibiotika membunuh kuman penyebab infeksi, anti emetic mengurangi mual & muntah
6)   Observasi  balance cairan,  mukosa bibir, kecowongan kelopak mata , nadi, tensi, produksi urine, dan turgor kulit.
R/ Deteksi   tingkat dehidrasi dan menentukan tindakan selanjutnya.

3.    Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia.
Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: pasien panasnya turun (36,5-37,5oC), kulit tidak tampak kemerahan, akral hangat, nadi normal (60-100x/menit).
Intervensi:      
1)      Jelaskan kepada pasien penyebab demam.
R/ Demam disebabkan karena adanya proses peradangan oleh bakteri yang masuk dalam tubuh
2)      Berikan kompres air hangat
R/ Kompres air hangat mampu membantu tubuh untuk mengeluaarkan panas dengan cara konduksi
3)      Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.
4)      Anjurkan pasien untuk banyak minum (± 25-40 ml/kgBB/hr)
R/ Panas mengeluarkan banyak cairan, sehingga untuk mengatasi kehilangan cairan tersebut dibutuhkan cairan sesuai dengan berat badannya
5)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian rehidrasi parenteral
R/ Cairan infuse berfungsi untuk menambah intake cairan tubuh yang hilang karena evaporasi tubuh
6)      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik
R/ Antipiretik mengandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan panas
7)      Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak panas, nadi normal
R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan

















DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku  Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa: Brahm U.Edisi 6. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 1997. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

1 komentar: